Rajawalikaltara.com dengan semangat baru, ingin menyajikan informasi-informasi lugas, terpercaya serta lebih akrab dengan masyarakat di wilayah Kaltara.
Tampil Cerdas dengan Dasar UU dan Data Kuat, IRAW Ungguli Debat Pertama Calgub
TARAKAN – Debat publik terbuka bagi para calon kepala daerah yang maju di Pilgub Kaltara 2020 putaran perdana telah usai dilaksanakan pada Minggu, 25 Oktober 2020 lalu di Ball Room Hotel Tarakan Plasa, Tarakan.
Debat diikuti oleh semua pasangan calin. Yaitu H Udin Hianggio-H Undunsyah (U2 ok), H Irianto Lambrie (IRAW)- H Irwan Sabri dan pasangan Zainal Arifin Paliwang – Yansen TP (zyap). Dengan dipandu oleh dekan fakultas hukum Universitas Borneo Tarakan, De Yahya Ahmad Zein SH MH.
Beragam penilaian dan tanggapan dari beberapa kalangan atas debat tersebut tentu akan memperkaya perspektif atau sudut pandang masyarakat dalam menentukan pilihannya pada Pilgub Kaltara tahun ini.
Debat Pilgub dapat menjadi instrumen penting bagi warga pemilih untuk mengukur kemampuan para kandidat yang ada, terutama kelompok undecided voter atau mereka yang belum menentukan pilihan.
Seperti pengakuan Ilyas, seorang warga Tanjung Selor. Ia Termasuk orang yang sampai saat ini belum menentukan pilihan. Ia memanfaatkan ajang debat ini untuk menilai kemampuan para kandidat dalam memahami dan menguasai visi misi, program dan persoalan yang mereka selesaikan.
Sementara itu, Slamet, salah seorang warga Tanjung Palas mengaku debat putaran pertama lalu, telah memberia ia gambaran tentang kemampuan dari tiga Paslon Pilgub Kaltara.
Ia memprediksi bahwa debat putaran selanjutnya tidak akan jauh berbeda seperti pada putaran perdana. Dirinya merasakan bahwa ajang debat tersebut terasa datar dan hambar. Hal ini dikarenakan penampilan ketiga Paslon dianggapnya tidak Imbang. Ia melihat kualitas penantang masih jauh di Bawah Petahana.
“Beda Lima Tahun Lalu, kontestasi debatnya Lebih Seru Karena Ada Dua Paslon Yang Sama Sama berkualitas, cerdas dan berpengalaman ” kata Slamet.
Begitu pun bagi Adi, warga Tarakan yang mengaku, akhirnya bisa mengetahui kualitas para calon yang mengikuti kontestasi politik pada Pilgub Kaltara 2020 ini. Meski demikian dia masih merahasiakan siapa calon pilihannya.
“Yang pasti, yang cerdas, punya visi dan misi jelas, serta berpengalaman. Dia yang sudah punya bukti berprestasi,” kata Adi memberikan gambaran soal pasangan calon yang akan dipilih nanti.
Sementara itu, Bustomy yang selama ini mengamati gaya komunikasi politik para paslon Pilgub Kaltara mengamini pendapat Slamet. Ia melihat H Irianto Lambrie lebih menguasai dan memahami persoalan, nampak lebih tenang dan percaya diri dibanding yang lainnya yang kelihatan tegang, sentimentil dan emosional.
Konsep dan penjabaran yang disampaikan Irianto juga sangat argumentatif, berpijak pada aturan, data dan teknis operasional.
Berbeda dengan dua lawannya lebih banyak beretorika dan berpidato, terkesan hanya membangun narasi verbal atau jargon kampanye yang bombaatis
“Padahal, debat itu bukan retorika dan Pidato politik yang narasinya mengawang-awang jauh melayang,” kata dia.
“Debat itu untuk mengukur, mencermati dan mendalami pemahaman calon atas Visi, Misi dan Program yang dibuatnya dan persoalan yang akan dihadapi dan Diselesaikannya ketika terpilih menjadi kepala daerah nantinya,” tegasnya.
Sudah seharusnya, kata Tomy yang telah menyelesaikaj studi S2 ilmu komunikasi ini, Kepala daerah itu memahami tata kelola pemerintahan, agar program yg dijalankan itu sinergis mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pencapaian hingga pengawasannya.
Kebijakan yang inovatif dan kreatif itu lahir dari pemahaman yang luas tentang aturan dan persoalan dalam tata kelola pemerintahan.
“Jadi ini bukan soal teori, ini soal pijakan aturan dan pemahaman pemimpin atas pengelolaan pemerintahan yang baik, efektif dan terarah,” tekannya.
Bustomy mempertanyakan isu perubahan yang didengungkan Paslon lain. “Bagaimana seorang pemimpin mau merencanakan perubahan, jika dia sendiri tidak memahami persoalan. Pemahaman yang salah, membuat perencanaan yang dibuat akan salah,” ujarnya.
Pemimpin tidak boleh gagal faham. Aturan, data dan persoalan itu pijakan konkrit menyelesaikan permasalahan pembangunan. “Ingat. Gagal Merencanakan Berarti Merencanakan Untuk Gagal,” tegas dia. (*/rk-2)